Awas Jadi Sasaran Predator Seks!
Selasa, 19 Februari 2008 | 17:20 WIB
WASHINGTON, SELASA - Bertolak belakang dengan streotip yang berkembang, para pelaku korban kejahatan seksual internet ternyata bukan orang dewasa yang dalam operasinya mengincar anak-anak kemudian mengajak korban untuk bertatap muka, lalu menculik dan memperkosa.
Seperti yang diungkap suatu riset di Amerika Serikat belum lama ini, pelaku kejahatan seksual internet - yang juga dikenal sebagai predator online - justru orang dewasa yang mengincar para remaja sebagai target, lalu merayu para korban untuk melakukan hubungan seksual.
Riset bertajuk Online ´Predators' and Their Victims: Myths, Realities and Implications for Prevention," yang dipublikasikan dalam jurnal American Psychologist edisi Februari/Maret ini juga mengungkap fakta penting. Salah satuya, para pelaku membutuhkan waktu untuk membangkitkan kepercayaan dan keberanian korban, dengan begitu para remaja ini melihat hubungan mereka sebagai kisah cinta atau pengalaman seksual.
Para remaja yang paling rentan terhadap kejahatan seksual lewat internet ini adalah mereka yang memiliki pengalaman penindasan fisik atau pun seksual, bermasalah dalam keluarga, dan cenderung berani mengambil risiko baik secara online maupun offline.
Pendek kata, melalui riset ini, para ahli mulai dapat menggambarkan lebih jelas mengenai orang dewasa yang menggunakan internet sebagai media untuk dapat melakukan hubungan seks dengan mereka yang belum dewasa.
Sejumlah fakta tersebut merupakan hasil riset ini yang didasarkan pada tiga survei. Dua di antaranya dilakukan melalui telepon melibatkan sekitar 3000 pengguna internet berusia antara 10 hingga 17 tahun. Suvei pertama per telepon dilakukan pada tahun 2000, disusul yang kedua pada 2005. Survei ketiga melibatkan 612 orang yang diwawancara oleh petugas penegak hukum federal, lokal dan pemerintah AS antara Oktober 2001 hingga Juli 2002.
¨Untuk mencegah tindak kejahatan ini, kami membutuhkan informasi akurat mengenai kebenaran mereka yang dinamis. Hal yang kami dengar dan rasakan serta hal yang sebenarnya terjadi mungkin tidak sama. Lingkungan yang benar-benar baru membuat sulit untuk melihat di mana letak bahayanya,¨ujar Dr Janis Wolak, pimpinan peneliti dari Crimes against Children Research Center, University of New Hampshire.
Sebagai contoh, seperti yang dikenal luas, peneliti menemukan bahwa para remaja yang sering mengunjungi situs-situs jaringan sosial seperti MySpace atau Facebook tampaknya tidak mengalami peningkatan risiko menjadi korban para predator. Namun begitu, interaksi secara online seperti membicarakan soal seks dengan orang tak dikenal tetap menjadi faktor risiko dan meningkatkan kerentanan.
¨Kebanyakan tindak kejahatan seksual internet melibatkan pria dewasa yang terbuka dalam hal ketertarikanya pada seks. Pelaku memakai pesan singkat, email atau chat-room untuk bertemu dan membangun hubungan dengan korbannya. Pada banyak kasus, korban sadar bahwa mereka berbicara secara online dengan orang dewasa. Mayoritas pelaku dituntut atas kejahatan seperti pemerkosaan korban di bawah umur, yang melibatkan aktivitas seksual tanpa paksaaan dengan remaja sebagai korban yang terlalu muda untuk berhubungan intim dengan dewasa,¨ terangnya.
Beberapa Poin Penting dari Riset :
- Pelaku kejahatan seks berpura-pura sebagai remaja hanya pada 5 persen kasus kejahatan yang diteliti.
- Hampir 75 persen korban yang bertatap muka dengan pelaku melakukan perjumpaan lebih dari sekali.
- Pelaku kejahatan seks internet seringkali kasar, kasus-kasus yang melibatkan pengintaian dan penculikan terbilang jarang.
- Remaja yang melakukan empat kali atau lebih perilaku online berisiko dilaporkan menerima ajakan melakukan hubungan seks. Perilaku online berisiko di antaranya adalah mempertahankan daftar kontak termasuk di dalamnya orang asing, mendiskusikan seks secara online dengan orang tak dikenal dan berlaku kasar dan jorok saat online.
- Para remaja yang gay atau dipertanyakan status seksualitasnya cenderung rentan terhadap kejahatan seks internet ketimbang populasi lainnya. Penelitian menunjukkan, remaja pria merupakan korban dari sekitar seperempat kasus kriminal, dan kebanyakan kasusmelibatkan fakta-fakta yang menyebutkan korban adalah gay atau yang dipertanyakan seksualitasnya.
http://www.kompas.com/read/xml/2008/02/19/17204951/awas.jadi.sasaran.predator.seks
0 Response to "Contoh Kasus"
Posting Komentar